PEDAHULUAN
Buku ini membahas 12 prinsip bisnis Tao Zhu-gong dan
memperlihatkan penerapannya dalam
situasi korporasi masa kini. Prinsip-prinsip ini
mengungkapkan 12 kemampuan vital yang
dibutuhkan seseorang untuk
meraih sukses bisnis. prinsip-prinsip ini mencakup cara menangani
pelanggan dan karyawan, cara
mengelola sebuah perusahaan dan produk-produknya hingga cara
membuat keputusan-keputusan
bisnis. Hampir semua bidang yang perlu untuk pengembangan
bisnis.
Keduabelas prinsip bisnis ini
berasal dari masa 2000 tahun lalu. Meskipun demikian, prinsip-
prinsip bisnis ini tetap
memiliki arti penting yang besar sehubungan dengan cara menjalankan
bisnis yang sifatnya universal
dan kompleks itu. Buku ini juga mendemontrasikan relevansi
prinsip-prinsip tersebut pada
bisnis berukuran apapun, mulai dari toko kelontong, korporasi
internasional, hingga
perusahaan-perusahaan dot.com.
Tao Zhu-gong sendiri, adalah
seorang ahli strategi militer yang mengundurkan diri dari
kedudukan tinggi seorang
perdana mentri untuk menjadi seorang pebisnis. Dengan menerapkan
apa yang telah dipelajarinya
ketika masih aktif dimiliter, ia membangun kekayaannya yang
setara dengan kekayaan Bill
Gate dijaman modern. Dimasa hidupnya, Tao Zhu-gong menyusun
12 prinsip ini, yang,
sayangnya, bukan hanya tidak dikenal didunia Barat, tetapi juga oleh ornag-
orang Cina sendiri. Baik di
Timur atau di Barat, setiap pebisnis akan mendapatkan banyak
masukan dari 12 prinsip bisnis
Tao Zhu-gong.
12 prinsip
bisnis tersebut secara lengkap berikut ini:
Prinsip bisnis ke 1: Kemampuan mengenali orang:
mengetahui karakter orang akan menjamin
kestabilan keuangan anda. (neng
shi ren: zhi ren shan e, zhang mu fu)
Prinsip bisnis ke 2: Kemampuan menangani orang,
memperlakukan orang dengan rasa hormat
akan membuat anda diterima
dikalangan luas dan membuat bisnis berkembang. (neng jie na: li
wen xiang dai, jiao guan zhe
zhong)
Prinsip bisnis ke 3: Kemampuan berfokus pada
bisnis: mengabaikan yang lama untuk
mendapatkan yang baru
merupakan kutukan dalam bisnis.
Prinsip bisnis ke 4: Kemampuan mengorganisasikan:
bila produk ditampilkan dengan baik, ia
akan menarik perhatian banyak
orang. (neng zheng dun: huo wu zheng qi, duo ren xin mu)
Prinsip bisnis ke 5: Kemampuan bersikap tangkas
dan fleksibel: keengganan dan keraguan akan
menghasilkan kesia-siaan. (neng
min jie: you yi bu jue, zhong gui wu cheng)
Prinsip bisnis ke 6: Kemampuan menagih pembayaran:
rajin dan rewel akan memberikan
keuntungan bagi perusahaan (neng
tao zhang: qin jin bu dai, qu tao zi duo)
Prinsip bisnis ke 7:
Kemampuan memperkerjakan dan menempatkan sumber daya manusia:
memilih orang yang tepat untuk pembayaran yang tepat akan
menjamin bahwa orang tersebut
dapat dipercaya dan diandalkan. (neng yong ren: yin cai
qi shi, ren shi you lai)
Prinsip bisnis ke 8: Kemampuan berbicara:
kepandaian berbicara bisa mendatangkan
keberuntungan dan memberikan
pencerahan kepada orang lain. (neng bian lun: zuo cai you dao,
chan fa yu meng)
Prinsip bisnis ke 9: Kemampuan unggul dalam
pembelian: dalam pembelian, menawar sampai
setiap ons-nya tidak akan
mengurangi modal anda. (neng ban huo: zhi huo bu ke, shi ben bian
jing)
Prinsip bisnis ke 10: Kemampuan mendiagnosa dan
menyambar peluang serta melawan
ancaman: Praktik bisnis yang
bijaksana membutuhkan kemampuan untuk menjual dan
menyimpan pada waktu yang
tepat. (neng zhi ji: shou zhu zui zhi, ke cheng ming zhe)
Prinsip
bisnis ke 11: Kemampuan memulai dan menjadi contoh: persahabatan dan
kepercayaan
akan muncul secara alami jika
disiplin dan standar yang tinggi ditegakkan. (neng chang lu: gong
xing yi lu: qin gan zhi sheng)
Prinsip bisnis ke 12: Kemampuan melihat jauh ke
depan: kapan harus mencari lebih banyak,
mengencangkan dan
mengendurkan, tergantung pada situasi. (neng yuan shu: duo gua kuan jin,
zhuo zhong er xing)
12 PANTAGAN
BISNIS
Pantangan bisnis pertama:
Jangan lamur dan berpandangan sempit (wu bi lou)
Pantangan bisnis ini dapat
dengan mudah dikontraskan dengan prinsip bisnis ke-12, yaitu
kemampuan melihat jauh kedepan
(neng yuan shu). Agar menjadi orang yang berpandangan jauh
kedepan, orang harus memiliki
cara pandang yang luas dan mampu menganalisa serta
menghargai
sesuatu secara keseluruhan. Sebaliknya orang yang lamur dan berfikiran sempit
akan
mencemaskan hal-hal yang
kecil. Dia tidak mungkin memiliki cara pandang seperti helikopter
yang sangat diperlukan ornag
untuk melihat jauh dan membangun perspektif jangka panjang.
Pantangan bisnis kedua: Jangan
terlalu mengagungkan kebesaran. (wu xu hua)
Pantangan ini dapat
dihubungkan dengan prinsip bisnis ketiga, yaitu kemampuan berfokus pada
bisnis (neng a n ye). Orang yang terlalu mengagungkan
kebesaran cenderung mudah digoyahkan.
Dia akan cenderung didikte oleh kejadian dan
perubahan-perubahan, bukan mengendalikannya.
Akibatnya, bisnisnya pasti kehilangan fokus, sehingga tidak
mungkin ia membangun kompetisi
inti perusahaannya.
Pantangan bisnis ketiga:
Jangan ragu-ragu. (wu you rou)
Pantangan bisnis ini dengan
mudah dapat dikontraskan dengan prinsip bisnis ke-5, yaitu
kemampuan bersikap tangkas dan
fleksibel (neng min jie), dan prinsip ke-10 yaitu kemampuan
mendiagnosa, menyambar peluang
dan melawan ancaman (neng zhi ji). Apabila ornag rgau-ragu,
dia tidak akan mungkin
menangkap peluang walaupun sudah didepan mata. Disamping itu, dia
juga tidak akan memapu
merespon ancaman dengan cepat. Untuk mengambil keuntungan dari
peluang yang ada dan untuk
menyikapi ancaman dengan efektif, orna harus tangkas dan
fleksibel.
Pantangan bisnis keempat:
Jangan malas (wu lan duo)
Ini merupakan pantangan bisnis
yang cakupannya cukup luas, dapat dihubungkan dengan
berbagai prinsip bisnis,
misalnya, dengan prinsip bisnis ke-4, kemampuan mengorganisasikan
(neng zheng dun). Organisasi
yang efektif memerlukan kerja keras dan usaha. Kemalasan tentu
menjadi penghalang. Bermalasan
juga berlawanan dengan prinsip bisnis ke-5. Kemampuan
bersikap tangkas dan fleksibel
(neng min jie). Orang yang malas juga tidak akan mau
menghabiskan waktu dan usaha
untuk mendiagnosa peluang dan ancaman yang muncul di
lingkungannya (neng zhi ji)
yang merupakan prinsip bisnis ke-10. Terakhir, kemalasan juga
dikontraskan dengan prinsip
ke-11, kemampuan untuk memulai dan menjadi contoh (neng chang
lu). Tidak diragukan lagi,
untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses, kerja keras dan jiwa
kepemimpinan yang patut
dijadikan teladan merupakan kualitas yang penting. Tidak ada ruang
untuk diam berpangku-tangan.
Pantangan bisnis kelima:
Jangan keras kepala (wu gu zhi)
Keras kepala menunjukkan
ketidakluwesan, ketidakmauan untuk berubah dan menyesuaikan
diri. Karena itu, pantangan
bisnis ini dapat dikontraskan dengan prinsip bisnis ke-5 yaitu
kemampuan bersikap tangkas dan
fleksibel (neng min jie), dan prinsip bisnis ke-10, kemampuan
mendiagnosa peluang dan
ancaman (neng zhi ji). Orang yang keras kepala tidak akan mungkin
mengenali peluang dan ancaman
yang akan datang, apalagi untuk mengambil tindakan
pencegahan. Dari perspektif
lain, orang yang keras kepala juga tidak mungkin menjadi pemimpin
yang baik. Karena itu,
pantangan bisnis kelima ini, seperti pantangan bisnis sebelumnya, juga
dapat dihubungkan dengan
prinsip bisnis ke-11, kemampuan untuk memulai dan menjadi contoh
(neng chang lu).
Pantangan bisnis keenam:
Jangan terlalu argumentatif (wu qiang bian)
Pantangan bisnis ke enam ini
dengan mudah dapat di gunakan untuk mendukung prinsip bisnis
ke-8, kemampuan berbicara
(neng bian lun). Seorang pengusaha memang perlu memiliki
kepandaian berbicara agar
dapat memanangkan perdebatan, adu pendapat dan kesepakatan
bisnis. Tetapi jika ia terlalu
argumentatif, hasilnya akan berbeda. Terutama, apabila ia
bersikukuh mempertahankan
pendapat dan pandangan pribadinya, tanpa didasari fakta dan bukti
kongkrit. Hal seperti ini bisa
membuat teman-teman, pelanggan serta kontrak bisnisnya menjauh.
Seorang yang terlalu
argumentatif mudah disalahmengerti sebagai orang yang kasar, tidak sopan,
dan tidak berperasaan. Ini
semua merupakan faktor negatif yang dapat mempengaruhi hubungan bisnis. Pada akhirnya, perlu dicamkan bahwa seseorang tidak harus
selalu memenangkan
perdebatan. Sebaliknya, orang
harus belajar kapan harus menang dan kapan harus mundur
dengan keanggunan.
Pantangan bisnis ketujuh:
Jangan mudah membuka diri (wu qing chu)
Ada berbagai cara untuk
menafsirkan apa yang dimaksud dengan mudah membuka diri. Dalam
mengelola bisnis, orang tidak
boleh mengembangkannya dengan serampangan karena hal itu
dapat menyebabkan meningkatnya
kerentanan, dan membuat perusahaan kehilangan fokus
terhadap inti bisnisnya.
Dilihat dari perspektif diatas, pantangan bisnis ini dapat dihubungkan
dengan prinsip binsis ke-3,
kemampuan memusatkan usaha (neng an ye). Dari sudut pandang
finansial, pada bagian
akutansi penagihan, tidak perlu memberikan posisi simpatik perusahaan
terhadap keterlambatan
pembayaran, juga tidak perlu membeberkan informasi keuangan
perusahaan. Karena itu,
pantangan bisnis ini juga dapat dihubungkan dengan prinsip bisnis ke-6,
kemampuan menagih pembayaran
(neng tao zhang).
Pantangan bisnis kedelapan:
Jangan rakus akan pinjaman (wu tan she)
Dalam perspektif finansial,
prinsip bisnis ini dapat dihubungkan dengan prinsip bisnis ke-3,
kemempuan untuk berfokus pada
usaha (neng an ye), dan berlawanan dengan prinsip bisnis ke-6,
kemampuan menagih pembayaran
(neng tao zhang). Jika pengusaha tidak mengetahui cara agar
tetap terfokus, dia akan mudah
dipengaruhi oleh bermacam hal yang kelihatannya seperti
peluang bisnis yang besar.
Dalam semangat yang berlebihan untuk berkembang, dia mungkin
ingin mengambil pinjaman yang
tidak perlu sehingga terlalu membebani keuangan perusahaan,
apalagi jika kredit tersedia
dengan mudah. Menggunakan kredit dalam bisnis tidaklah salah,
bahkan sudah merupakan cara
yang biasa dalam transaksi bisnis. Tantangan sebenarnya dalam
menggunakan fasilitas kredit
adalah kemampuan untuk menanganinya. Disinilah pentingnya
perancanaan dana cair. Karena
itu, pengusaha yang mampu menagih pembayaran biasanya
menghargai pentingnya perencanaan
kas serta dampaknya terhadap operasional perusahaan.
Kemungkinan besar, dia akan
cenderung lebih bijaksana dalam menggunakan kredit.
Pantangan bisnis ke sembilan:
Jangan terlibat dalam persaingan yang tidak perlu (wu zheng qu)
Apabila hurup Cina (wu zheng
qu) digunakan untuk menggambarkan sesorang, maka gambaran
yang ditunjukkan adalah orang
yang mudah tergoda dan suka melibatkan diri dalam berbagai
tindakan. Secara umum
melukiskan orang-orang yang suka menjadi pusat perhatian dan
mengagungkan kebesaran
(pantangan bisnis ke-2). Jadi, pantangan bisnis ini berlawanan dengan
prinsip bisnis ke-3, kemampuan
berfokus pada usaha (neng an ye). Seorang pengusaha yang
sangat terfokus tidak akan
mudah tergoda dan bergegas masuk ke dalam pertempuran dengan
kompetitornya.
Pantangan bisnis kesepuluh:
Jangan melemahkan simpanan dan surplus (wu bo xu)
Prinsip ini sangat berhubungan
dengan prinisip bisnis ke-6, kemampuan menagih pembayaran
(neng tao zhang). Jika
perusahaan mampu menagih dengan tegas, maka perusahaan akan mampu
menyimpan lebih banyak, dan
mengakumulasikan surplus untuk mengembangkan bisnisnya.
Pantangan ini bisa juga dihubungkan dengan prinsip bisnis
ke-12, kemampuan melihat jauh ke
depan (neng yuan shu). Bisnis harus terdorong untuk tumbuh
dan bertahan dalam waktu yang
panjang. Pengusaha yang berwawasan kedepan akan mengetahui
pentingnya membangun surplus
agar dapat digunakan saat muncul berbagai peluang bisnis.
Surplus juga diperlukan untuk
mengatasi masa-masa sulit yang bisa muncul kapan saja, dari
waktu ke waktu.
Pantangan bisnis kesebelas:
Jangan abaikan perubahan kondisi dan trend bisnis (wu mei shi)
Pantangan ini jelas
berhubungan dengan prinsip bisnis ke-10, kemampuan untuk mendiagnosa
peluang dan ancaman (neng zhi
ji). Apabila trend dan kondisi bisnis berubah, pengusaha yang
bijak pasti
segera menganalisis implikasinya. Apa peluang yang muncul dan ancaman yang
harus
dihadapi, sehingga dapat
mengambil tindakan yang tepat. Jika ia terlalu lamban, dia tidak hanya
akan kehilangan peluang yang
ada, tetapi ia juga bisa ditimpa oleh ancamannya. kemampuan
untuk mengetahui trend dan
kondisi bisnis, dalam jangka pendek maupun jangka panjang,
merupakan keunggulan pengusaha
yang mempu melihat jauh ke depan, seperti yang tergambar
dalam prinsip bisnis ke-12
(neng yuan shu). Dia mengetahui bahwa agar bisnisnya tumbuh pesat,
perusahaan tidak hanya harus
beroperasi dalam lingkungan yang sangat dinamis dan berubah-
ubah, tetapi ia juga harus
berinteraksi dengan kondisi tersebut.
Pantangan bisnis keduabelas:
Jangan terlalu mengandalkan produk yang ada (wu chi huo)
Terlalu mengandalkan produk
yang ada menunjukkan bahwa anda berasumsi trend dan kondisi
bisnis , termasuk selera dan
keinginan konsumen, tidak akan berubah. Sehingga pada saat
perubahaan tersebut terjadi,
perusahaan akan menghadapi stok produk lama yang melimpah,
ancaman kadaluarsa dan
ketinggalan zaman. Terlalu percaya akan produk yang ada, juga dapat
membuat perusahaan buta akan
peluang keuntungan yang bisa didapat dari produk-produk baru
yang lebih baik. Yang jelas,
salah satu cara menghindari hal ini adalah dengan menerapkan
prinisp bisnis ke-9; kemampuan
unggul dalam pembelian (neng ban huo).
16 PELAJARAN
BISNIS
keenambelas pelajaran bisnis
ini bertindak mendukung 12 prinsip bisnis Tao Zhu-gong .
pelajaran tersebut adalah
sebagai berikut:
Pelajaran bisnis pertama:
Dalam mengelola bisnis, diperlukan kerajinan, kemalasan akan
menghancurkan segalanya.
(sheng yi yao qin jin, lan duo ze bai shi fei)
Pelajaran bisnis ini dapat
dihubungkan dengan prinsip bisnis ke-5, kemampuan bersikap tangkas
dan fleksibel (neng min jie),
prinsip ke-10, kemampuan mendiagnosa peluang dan ancaman
(neng zhi ji), dan prinsip
ke-11, kemampuan menilai dan menjadi contoh (neng chang lu)
Pelajaran bisnis kedua : Orang
harus di hadapi dengan rasa hormat; temperamen pemarah dan
sikap yang buruk akan
benar-benar menghilangkan penjualan.
Bisa dikatakan bahwa ke-12
pantangan bisnis tidak berisi ungkapan yang ada hubungnanya
dengan prinsip bisnis ke-7
mengenai: mengenali, menangani dan menempatkan orang.
Sebaliknya, pelajaran bisnis
ke-2 ini langsung berhubungan dengan prinsip bisnis ke-2,
kemampuan menangani orang
(neng jie na).
Pelajaran bisnis ketiga: Harga
produk harus ditampilkan dengan jelas, harga yang samar akan
menyebabkan perdebatan dan
perselisihan (yi jia yao ding ming, han hu ze zheng zhi duo)
Pelajaran bisnis ini
berhubungan dengan prinsip bisnis ke-4, kemampuan untuk
mengorganisasikan (neng zheng
dun)
Pelajaran bisnis keempat:
Rekening harus di cek dengan teliti dan dimonitor, kecerobohan dan
kesilapan akan membuat modal
tak bergerak (zhang mu yao ji cha, dai ze zi ben zhi)
Pelajaran bisnis ini
berhubungan dengan prinsip bisnis ke-6, kemampuan menagih pembayaran
(neng tao zhang).
Pelajaran bisnis kelima:
Produk harus ditata dan dipajang dengan baik, ketidakrapian akan
menimbulkan kesan kadaluarsa
dan rongsokan (huo wu yao zheng li, san man ze bi fei can)
Seperti pelajaran bisnis ke-3,
pelajaran bisnis in juga berhubungan dengan prinsip bisnis ke-4,
kemampuan mengorganisasikan
(neng zheng dun)
Pelajaran bisnis keenam: Untuk
mengabulkan kredit dan mengeluarkan dana diperlukan
kebijaksanaan
dan perhatian, kecerobohan hanya akan mengakibatkan kerugian dan kelemahan
(chu na yao jin shen, da yi ze
cuo lou duo)
Pelajaran bisnis ini langsung
berhubungan dengan prinsip bisnis ke-6, kemampuan menagih
pembayaran (neng tao zhang).
Cara perusahaan mengabulkan kredit yang diminta kliennya, akan
mempengaruhi mudah tidaknya
proses dalam penagihan. Pelajaran bisnis ke-6 juga dapat
dihubungkan, jika perusahaan
memiliki mekanisme yang efektif dalam menyaring pelanggannya
(yaitu, mengenal mereka secara
mendalam), potensi gagal bayar akan semakin kecil.
Pelajaran bisnis ketujuh:
Pembayaran harus dilakukan pada waktu yang sudah disepakati,
penundaan akan menyebabkan
hilangnya kredibilitas (qi yin yao yue ding, yan chi ze shi xin
yong shi)
Pelajaran bisnis ini merupakan
kebalikan dari Prinsip bisnis ke-6, kemampuan menagih
pembayaran (neng tao zhang).
Disatu sisi perusahaan harus berani meminta debitor untuk
membayar, namun disisi lain
perushaan juga harus memiliki sikap bertanggung jawab terhadap
krediturnya. Pelajaran bisnis
ke-7 ini dapat juga dihubungkan dengan prinsip bisnis ke-12,
kemampuan melihat jauh kedepan
(neng yuan shu). Kredibilitas akan sangat diperlukan jika
perusahaan memasuki masa-masa
keuangan yang sulit. Namun, kredibilitas perlu dibina secara
konsisten dalam waktu yang
cukup lama dengan cara mendapatkan kepercayaan para kreditur.
Seorang pengusaha yang
berfikiran jauh kedepan, pasti bisa memahami pentingnya hal ini.
Pelajaran bisnis kedelapan: Kejadian yang tidak diharapkan
harus dihadapi dengan tanggung
jawab; mengabaikannya hanya akan mendatangkan lebih banyak
kerugian (lin shi yao
ze ren,
fang qi ze shou hai da)
Pelajaran bisnis ini
berhubungan dengan prinsip bisnis ke-3, kemampuan memusatkan usaha
(neng a n ye). Dengan kata
lain, bila seseorang telah mendirikan suatu usaha, dia harus tetap
menekuninya, dan tidak mudah
menyerah. Pelajaran
bisnis ini dapat juga dihubungkan dengan
dua prinsip bisnis lainnya,
yaitu, prinsip bisnis ke-5, kemampuan bersikap tangkas dan fleksibel
(neng min jie), dan prinsip
bisis ke-10, kemampuan mendiagnosa peluang dan ancaman (neng
zhi ji).
Pelajaran bisnis kesembilan:
Sumber daya harus digunakan secara cermat; pemborosan akan
mengikis kekayaan. (yong du
yao jie jian, she chi ze yong tu jie)
Pelajaran bisnis ini ada
hubungannya dengan Prinsip Bisnis ke-11, kemampuan untuk memulai
dan menjadi contoh (neng chang
lu). Seorang pemimpin harus bisa menjadi contoh moral
melalui gaya hidupnya dan
bagaimana ia mengelola sumber daya perusahaan. Jika dia bersifat
serampangan, maka harta
perusahaan akan dikelola bagaikan usaha untung-untungan. Pelajaran
bisnis ini, dapat juga
dihubungkan dengan prinsip bisnis ke-3, kemampuan memusatkan usaha
(neng an ye), dan prinsip
ke-12, kemampuan melihat jauh kedepan (neng yuan shu). Jika bisnis
perusahaan difokuskan dengan
baik, kecil sekali kemungkinan penggunaan dana untuk hal yang
tidak perlu dan tidak membantu
meningkatkan kompetensi dan daya saing. Demikian juga bila
pemimpin perusahaan mampu
melihat jauh kedepan, mereka akan mengetahui bagaimana
menggunakan sumber daya dengan
lebih hemat dan menumbuhkembangkan bisnis.
Pelajaran bisnis kesepuluh:
Penjualan harus dilakukan setiap saat; penundaan akan menyebabkan
hilangnya peluang (mai mai yao
sui shi, ai yan ze ji hui shi)
Pelajaran bisnis ini dapat dihubungkan
dengan prinsip bisnis ke-10, kemampuan mendiagnosa
peluang dan ancaman (neng zhi
ji), dan prinsip bisnis ke-5, kemampuan bersikap tangkas dan
fleksibel (neng min jie).
Tidak bisa disnagkal bahwa bisnis adalah usaha memanfaatkan peluang
dan menghindari ancaman
sehingga bisa menghasilkan uang, dan uang. Untuk mencapainya,
pengusaha haruslah tangkas dan
fleksibel sehingga dapat memberikan respons dengan cepat dan
efektif.
Pelajaran
bisnis kesebelas: Debitur harus benar-benar dicermati, memberi pinjaman tanpa
seleksi
akan mengakibatkan pengikisan
modal (she qian yao shi ren, lan chu ze xue ben kui)
Pelajaran bisnis ini dapat
dihubungkan dengan prinsip bisnis pertama, kemampuan mengenali
orang (neng shi ren). Pada
dasarnya dalam menjalankan bisnisnya pengusaha Cina sangat
bergantung pada guangxi
(hubungan/ relasi), sebab itu mengenal baik pelanggannya sebelum
mengabulkan pemberian kredit
menjadi sangat penting; jika tidak mereka akan terbebani oleh
utang yang tidak tertagih. Tak
hanya itu, kekuatan finansial perusahaan juga akan sangat
terpengaruh.
Pelajaran bisnis keduabelas: Yang baik dan buruk harus
dapat dibedakan dengan jelas, kelalaian
akan menyebabkan kekacauan dan kebingungan. (you lie yao fen qing, gou qie ze
bi hu tu)
Pelajaran bisnis ini dapat dihubungkan dengan prinsip
bisnis ke-8, kemampuan berbicara (neng
bian lun). Untuk dapat berbicara dengan baik, orang harus
memiliki pikiran jernih yang mampu
memisahkan “kambing” dari “domba” dan mempu memberikan
argumen dengan cara yang
paling mudah dimengerti. Pelajaran bisnis keduabelas dapat juga
diaplikasikan pada prinsip
bisnis ke-9, kemampuan unggul
dalam pembelian (neng ban huo). Pada saat membeli, orang
harus mengetahui barang mana
yang nantinya akan laku. Jika tidak, perusahaan bisa menumpuk
terlalu banyak barang dan
produk tak terjual yang akhirnya menjadi kadaluarsa.
Pelajaran bisnis ketigabelas:
Karyawan harus jujur dan tulus, karyawan yang licik dan tidak jujur
akan menyusahkan pimpinan.
(yong ren yao fang zheng, gui jue ze shou qi lei)
Pelajaran bisnis ini hampir
sama dengan prinsip bisnis ke-7, kemampuan menempatkan orang
(neng yong ren); dapat pula
dihubungkan dengan prinsip bisnis pertama, kemampuan mengenali
orang (neng shi ren). Pemimpin
yang tahu bagaimana memilih karyawan yang tepat tidak akan
terlalu ditimbuni berbagai
masalah yang berhubungan dengan manajemen sumber daya manusia.
Pelajaran bisnis keempatbelas:
Barang-barang harus diteliti dengan baik; membeli dengan
serampangan dan tidak
berhati-hati akan menyebabkan harga menjadi turun. (huo wu yao mian
yan, lan shou ze shou jia di)
Pelajaran bisnis ini jelas
memiliki hubungnan dengan prinsip bisnis ke-9, kemampuan unggul
dalam pembelian.
Pelajaran bisnis kelimabelas:
Masalah keuangan harus diatur dengan bijaksana, kecerobohan
akan menyebabkan masalah dan
kesusahan ( qian cai yao qing chu, hu tu ze bi dou sheng )
Pelajaran bisnis ini
berhubungan dengan prinsip bisis ke-6, kemampuan menagih pembayaran
(neng tao zhang). Kemampuan
mengutip pembayaran baru merupakan salah satu bagian dari
manajemen keuangan yang
seimbang, sedangkan bagian lainnya adalah belajar mengendalikan
dana secara bijaksana.
Pelajaran bisnis keenambelas:
Pemimpin harus mantap dan tenang; kesembronoan dan ketergesa-
gesaan akan menyebabkan
kesilapan dan kesalahan (zhu xin yao zen ding, wang zuo ze wu shi
duo).
Pelajaran bisnis ini
berhubungan dengan prinsip bisnis ke-11, kemampuan untuk memulai dan
menjadi teladan (neng chang
lu)
Berikut adalah beberapa contoh penjelasan buku tersebut,
untuk prinsip bisnis pertama, yakni:
“kemampuan mengenali orang“,
saya cantumkan disini:
Contoh Seni mengenal orang:
microsoft
Strategi penyaringan dan
seleksi merupakan ilustrasi yang baik tentang bagaimana menerapkan
prinsip mengenali orang untuk
meningkatkan daya saing perusahaan. Karena persaingan antara
perusahaan semakin ketat,
banyak CEO induk perusahaan multinasional (MNCs) menyadari
bahwa agar perusahaan
berkembang menjadi penentu pasar, maka sangat penting untuk bisa
merekrut orang-ornag yang
pintar. Itulah sebabnya perusahaan-perusahaan multinasional
bersedia berkorban supaya
orang-orang pintar mau bergabung. Merancang paket gaji yang
menarik tidak cukup untuk
memikat mereka yang sangat berbakat.
Biasanya perusahaan-perusahaan
besar akan menggunakan rekrutor perusahaan sendiri yang
profesional, badan pencari
tenaga kerja dari luar, dan sumber-sumber lai untukmenyaring calon
yang potensial. beberapa
perusahaan bahkan menjalankan proses yang berlebihan dengan
mendekati calon jauh sebelum
ia memikirkan meninggalkan pekerjaannya. Adakalanya, untuk
calon-calon posisi kunci, CEO
dan anggota staff senirnya terlibat langsung dalam proses
rekrutmen. Mungkin
“Microsoft”, perusahaan softwere komputer raksasa bisa menjadi ilustrasi
yang baik betapa panjangnya
proses rekrutmen tenaga kerja.
Di perusahaan “Microsoft”,
menarik perhatian orang-orang yang memiliki bakat-bakat terbaik
hampir merupakan budaya
perusahaan. Di muali dari Bill Gates, dan kemudian melibatkan
seluruh manajer senior.
Prosesnya sangat teliti, ekstensif dan mahal, tetapi sangat berarti.
Perusahaan bisa mencari bibit
terbaik di pasar softwere setiap tahunnya. Misalnya, di akhir tahun
1990-an, setiap tahunnya ada
sekitar 25.000 lulusan ilmu komputer di Amerika dan Microsoft
akan menyaring 8.000
diantaranya. dari jumlah 8.000 ini, 2.600 akan diwawancarai di kampus.
Dari jumlah tersebut, 800
orang akan diundang untuk berkunjung ke kampus Microsoft di
Redmon, di dekat Seattle untuk
wawancara lanjutan.
Di kampus Redmon,
masing-masing calon yang potensial akan diwawancarai oleh 3 sampai 10
pewawancara, biasanya secara
bertahap. Masing-masing pewawancara akan memberikan
komentar dan hasil
pengamatannya kepada pewawancara berikutnya melalui email sehingga ia
bisa meneliti si calon lebih
jauh dan terinci. Dari sekitar 800 calon, tawaran akan diberikan
kepada 500 diantaranya, dimana
400 calon biasanya akan menerima tawaran itu dan bergabung
dengan “Microsoft”.
Microsoft tidak hanya merekrut
bibit berbakat dari mahasiswa yang baru lulus saja. Karena sejak
akhir tahun 1990-an Microsoft
memperkerjakan 2.000 karyawan baru setiap tahunnya, ia harus
melihat kemungkinan merekrut
orang-orang terbaik dan terpintar dikalangan industri softwere.
Untuk mencari para profesional
berbakat ini, Microsoft menggunakan apa yang diistilahkan
perusahaan sebagai “strike
force” dari 200 karyawan penuh yang tugas utamanya adalah
mengintai, mencari tahu, dan
menarik orang-orang berbakat yang ada.
Seringkali, anggota “strike
force” dengan aktif menghubungi calon potensial, walaupun orang
tersebut sudah benar-benar puas dengan pekerjaan yang
dimilikinya atau mungkin ia malah
memiliki kesan negatif terhadap Microsoft. Jika orang yang dituju
benar-benar di inginkan oleh
Microsoft, “strike force” akan
berusaha mati-matian untuk memperolehnya. Misalnya, anggota
tim rekrut akan menghubungi
calon potensial tersebut secara tetap, dan mengundangnya untuk
makan malam atau kegiatan lain
agar bisa tetap membuka jalur komunikasi dan dialog dengan
calon. Tujuannya adalah untuk
menanamkan ide kepada calon bahwa kapan saja ia berniat
meninggalkan pekerjaannya,
dengan alasan apapun, Microsoft akan selalu menerimanya dan
memberikan imbalan kerja yang
terbaik.
Setiap musim panas, Bill gates
mengundang orang-orang baru diperusahaannya (biasanya
berkisar 500 - 1.000) datang
ke rumahnya yang bernilai US$60 juta. Dia akan berbaur dengan
tamu-tamu muda, menjawab
pertanyaan mereka, memberi nasihat dan menguatkan keinginan
mereka untuk berkarir dalam
perusahaannya.
Semakin hebatnya persaingan
perusahaan dan banyaknya perusahaan yang berambisi menjadi
pemain dunia mengakibatkan
diperlukannya bakat-bakat taraf dunia. Dengan semakin banyaknya
negara maju yang bergerak
menuju perekonomian berdasarkan ilmu pengetahuan, perusahaan
antar perusahaan akan
ditentukan oleh kualitas daripada kuantitas tenaga kerja.
Karena itu, petualangan
memenangkan bakat-bakat teratas akan dilakukan lebih gigih daripada
sebelumnya. Gejala ini sudah
muncul di Amerika dan Eropa dimana perusahaan-perusahaan
multinasional mati-matian
mencari dan menarik hati bakat-bakat terbaik dari universitas-
universitas dan
industri-industri. Bagi perusahaan multi nasional seperti Microsoft, kemampuan
mengenal dan menilai orang
(yaitu karyawan yang akan mereka perkerjakan) akan menentukan
seberapa besar sukses
perusahaan dalam persaingan dimasa depan.
Contoh Seni mengenal orang:
Kurir Pengirim Uang di Perkampungan India di Singapura.
Seni mengenal orang dalam
perilaku bisnis tidak hanya terbatas pada orang Cina saja. Keturunan
Asia lainnya seperti India,
arab, Melayu dan Indonesia juga sangat mengandalkan hubungan
pribadi dalam kesepakatan
bisnis mereka. Di Eropa, orang Italia juga mengandalkan hubungan
seperti ini dalam perilaku
bisnis mereka. Penting diketahui bahwa mengandalkan hubungan
pribadi dan pertalian
merupakan sesuatu yang alami, khususnya bila kesepakatan atau transaksi
tersebut dalam pelaksanaannya
harus mengandalkan seseorang. contohnya di bawah ini:
Di Singapura, disuatu tempat
yang cukup terkenal bernama Little India (India Kecil) di
sepanjang jalan Serangon,
terdapat suatu pasar penukaran mata uang asing yang ramai. Pasar ini
melayani pekerja-pekerja
Bangladesh maupun India yang bermaksud mengirmkan hasil kerja
kerasnya ke keluarga didesa
asal mereka. pada hari Minggu sore, jumlah orang dipasar itu
mencapai
ribuan orang. Para pekerja ini akan membentuk kelompok-kelompok kecil di
sekeliling
setiap kurir pengirim uang
(dalam bahasa Bengali disebut Hundi). Setiap Hundi memiliki
“bodyguard” dan
pembantu-pembantu. Harga nilai tukar mata uang asing diumumkan ke orang-
orang yang mengelilinginya.
Jika seorang pekerja telah memilih hundi-nya, ia akan mengatakan
kepada hundi itu kemana dan
kepada siapa ia ingin mengirimkan uang itu. Hundi akan mencatat
tujuan uang itu dalam sebuah
buku kumal, dan “memetraikan” kesepakatan bisnis ini dengan janji dan jabatan
tangan. Selesai sudah - - tidak ada tanda
terima yang diberikan kepada kliennya
(para pekerja asing itu).
Singapura tidak kekurangan bank atau agen pengirim uang,
namun para pekerja asing tetap
memilih hundi. Ada
beberapa alasan. Para hundi biasanya datang
dari negara, latar belakang
bahkan desa yang sama dengan para pekerja. Beberapa
diantaranya juga dulu bekerja sebagai
pekerja kasar seperti mereka. Jadi hundi bukan hanya bisa
merasakan kerja keras dan keadaan
kliennya, mereka juga memiliki keterkaitan dengan rumah dan
keluarga para pekerja. Lagipula
para hundi ini memberikan harga nilai tukar yang jauh lebih
baik daripada bank atau agen
penukaran uang lainnya. Juga tidka ada beban biaya
tambahan, administrasi ataupun komisi.
Yang lebih penting lagi, Hundi yang usahanya telah mapan
mendapatkan reputasi yang baik
karena mereka terbukti bisa
diandalkan dan dipercaya dalam memegang janjinya dan
mengirimkan barang yang
disepekati.
Sistem penukaran dan
pengiriman uang seperti Hundi ini tidak hanya ada di Singapura saja.
Kenyataannya dinegara-negara
dimana banyak tenaga kerja asing, jaringan kerja imformal
semacam ini biasanya akan
muncul. Selain alasan-alasan yang dikemukakan sebelumnya, perlu
diperhatikan bahwa tenaga
kerja asing yang tidak punya kemampuan khusus biasanya adalah
orang-orang
yang tidak berpendidikan atau berpendidikan sangat rendah. Jadi mereka
cenderung
takut memasuki bank dan segala
birokrasi dan pelayanannya yang impersonal. Juga adanya biaya
tambahan. Sebaliknya, Hundi
adalah orang-orang yang mereka kenal. Jika sampai keluarga
mereka tidak menerima uangnya
maka mereka akan memburu Hundi itu karena mereka
mengenalnya secara pribadi.
Ini adalah sistem yang dibangun diatas dasar kepercayaan, sebab itu
para Hundi diharapkan menjaga
kepercayaan mereka sehingga bisnisnya bisa terus berlanjut.
Dari contoh-contoh diatas,
tidaklah mengejutkan jika para pengusaha Cina menempatkan
kemampuan “mengenal orang”
pada tempat yang penting. Ini karena secara tradisional,
pengusaha cina selalu
mementingkan hubungan (guanxi) dan rasa percaya (xin yu) dalam
kesepakatan bisnis mereka
daripada kontrak tertulis. Sebab itu bisa dimengerti jika bisnis mereka
cenderung berpusat paa orang
(zhong ren).
Bila seseorang mempercayai
orang lain, perjanjian tidak diperlukan lagi. Siapa yang perlu
membuat perjanjian dengan
anaknya tentang tugas dan kewajiban kedua pihak? Jaman dahulu di
Cina tidak ada surat
pernikahan. Pasangan yang akan menikah hanya berjanji didepan penduduk
desa. Tidak ada dokumen yang
membuktikan bahwa mereka sudah menikah. Namun mereka
menjalani hidup dengan
mematuhi kewajiban masing-masing. Karena itu, dari sudut pandang
orang Cina, bila bisnis
semakin lama semakin tebal, menunjukkan kedua pihak semakin tidak
percaya satu sama alain. Oleh
karena itu, kenapa susah payah melanjutkan hubungan bisnis?
Pepatah berikut ini menekankan
terbinanya hubungan langsung:
Bertemu secara pribadi akan
memastikan adanya rasa (jian mian san fen qing)
Lama mendengar berita tentang
seseorang tidak sebanding dengan menemuinya (jiu wen bu ru
yi jian) Saat kita bertemu, serasa seperti kita sudah
berteman lama (yi jian ru gu)
Manajemen dengan pendekatan
yang berorientasi pada manusia memerlukan adanya investasi
waktu dan usaha dalam membina
hubungan dan jaringan bisnis. Karena itu tidaklah mengejutkan
bila sekali guanxi terbina
maka akan berlangsung dalam waktu yang lama. Akibatnya, hubungan
bisnis orang Cina cenderung
lebih berorientasi pada perasaan (zong qing). Konsep “wajah”
(mian zi) menjadi manifestasi
dan representasi hubungan dan perasaan yang sangat penting.
Karena itu, jika ada
ketidaksepakatan atau perselisihan antara kedua pihak, menghargai perasaan
orang lain sangat penting
artinya. Ini bisa juga termasuk menyelamatkan muka orang lain. Jika
tidak bisa dicapai
persetujuan, mereka akan selalu mencoba menyelesaikan masalah, perbedaan,
pertikaian atau ketiksepakatan
mereka melalui perantara, biasanya menggunakan orang lain yang
bisa diterima keduanya.
Disinilah biasanya logika mulai muncul, karena penengah harus seadil
dan seobjektif mungkin agar
bisa dipercaya dan dihormati. Hanya apabila usaha penengah gagal,
mereka dengan berat hati akan
meneruskan ke pengadilan. Bagi orang Cina, sekali dilakukan
usaha hukum, maka seluruh
hubungan akan rusak dan akan sulit bagi kedua pihak untuk bekerja
sama kembali.
Pendekatan
“perasaan-logika-hukum” (qing, li, fa) sangat mewarnai cara berbisnis di
kalangan
orang Cina. Hal ini sangat
bertolak belakang dengan yang terjadi dikalangan orang Amerika
yang secara umum lebih memilih
sebaliknya, yaitu: “hukum0logika0perasaan” (fa, li, qing).
Bagi pengusaha Amerika,
perjanjian berdasarkan hukum bukan saja merupakan jaminana terbaik
dalam hubungan bisnis, tetapi
juga memuat kewajiban bersama kedua pihak, dan bagaimana
menyelesaikan pertikaian yang
mungkin muncul. Pendekatan ini lebih disenangi karena di
Amerika ada sistem yuridis
yang begitu kuat menjamin bahwa perjanjian bisa ditegakkan sebagai
hukum.
Menariknya, selama pembicaraan-pembicaraan yang saya sampaikan dalam konsultasi
di
Eropa, saya melihat bahwa
orang Eropa cenderung menggunakan pendekatan “logika0hukum0
perasaan” (li, fa, qing).
Jika kita bicara tentang
mengenali orang, ada satu hal penting lagi yang harus diperhatikan.
Bersama dengan berlalunya
waktu, perbedaan situasi dan keadaan , sifat dan kepribadian
seseorang bisa berubah. Hal
ini harus disadari. Sayangnya, orang Cina dan banyak suku Bangsa
di Asia melupakan hal itu.
Jarang sekali orang yang sudah mendapat reputasi “bisa dipercaya”
(xin yu) dan bisa diandalkan
(ke kao) diuji lagi untuk melihat apakah atribut tersebut masih tetap
melekat padanya. Tidak jarang
sebaliknya yang terjadi. Seringkali terlalu banyak pujian dan
kepercayaan yang diberikan
padanya, orang yang dekat padanya atau yang
direkomendasikannya.
Misalnya: pinjamana sering
diberikan pada seseorang tanpa diteliti lebih dahulu sepanjang ia
didukung oleh orang yang cukup
dikenal. Akibatnya, saat pinjaman tidak terbayar, keuangan
perusahaan sangat sulit
diselamatkan. Inilah salah satu penyebab utama terjadinya krisis
keuangan di kebanyakan negara
Asia 1997/ 1998. Sistem mempercayai orang yang dikenal
semacam inilah yang
membangkitkan nepotisme dan praktik korupsi lainnya yang akhirnya
diketahui umum setelah
terjadinya krisis ekonomi Asia tahun 1997 / 1998. Hal ini disebabkan
oleh kecendrungan melupakan
pentingnya transparansi, pemeriksaan dan keseimbangan.
Sebaliknya, sistem masyarakat
Barat yang mengandalkan kontrak tertulis mendorong tumbuhnya
transparansi, objektivitas dan
pertanggungjawaban. Dalam masalah pinjaman bank, misalnya,
orang Barat akan melakukan tes
dan penyelidikan yang jauh lebih ketat. Hal seperti inilah yang
harus dipelajari orang Timur
dari orang Barat. Kita harus berupaya memadukan hal yang terbaik
dari Timur dan di Barat
sehingga bisa memperoleh yang terbaik dari kedua sistem tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar