Kamis, 03 November 2011

Hypnosis Selling by Willy Wong


Willy Wong :   HYPNOSIS FOR SELLING


Hypnosis  for  Selling,  sebagaimana saat  ini sangat  marak dijumpai
sebagai topik di berbagai  pelatihan di bidang  penjualan,  sebenarnya
merupakan penerapan teori-teori hipnosis  (hipnotis) modern  dalam
bidang penjualan (selling).

Seperti halnya  pemahaman awal hipnosis  pada  umumnya  hingga  saat
ini, masih banyak pula terdapat persepsi awal yang keliru dari sebagian
masyarakat  berkaitan dengan Hypnosis for  Selling.  Pernah  seorang
rekan bercerita  kepada  saya  bahwa  ia  sempat  berdebat  keras dengan
keluarganya  saat  hendak mengikuti sebuah pelatihan  bertemakan
Hypnosis for Selling, karena persepsi yang salah dari pihak keluarga
tentang pemahaman hipnosis yang sesungguhnya.

Kejadian hampir serupa sempat saya alami pula. Dalam suatu pelatihan
internal yang saya rencanakan kepada tenaga penjualan di perusahaan,
pihak  atasan sempat  meminta  saya  untuk mengganti istilah           Hypnosis
for  Selling  karena tidak ingin  mendapat  stigma  sebagai  perusahaan
yang mengajarkan hipnotisme kepada tenaga penjualannya!
 willy@hipnosis.web.id | www.hipnosis.web.id

Sebagaimana   kegiatan           hipnosis  modern         yang  menggunakan
pemahaman teknik yang  murni ilmiah,  maka  demikianlah pula
sebenarnya  yang  diterapkan  dalam  Hypnosis for  Selling.  Ini
merupakan teknik  yang  sangat  masuk akal  pula  dalam memanfaatkan
komunikasi kepada pikiran bawah sadar manusia.

Meskipun terdapat beberapa pihak yang menyatakan bahwa  Hypnosis
for  Selling  tidak serta-merta  dapat  diklaim sebagai bagian langsung
dari  keilmuan hipnosis  (seperti halnya          Stage Hypnosis  atau
Hypnotherapy), namun bagaimanapun juga  terdapat  relevansi yang
kuat  dari  kedua sisi ilmu hipnosis  dan ilmu penjualan,  sehingga
pemanfaatan teori-teori hipnotisme  untuk melakukan penjualan akan
sangat efektif untuk digunakan. 
Mengapa  demikian? Karena  kedua-duanya  menitikberatkan  pada
pemberdayaan kualitas komunikasi manusia!

Telah diketahui bahwa  bidang  penjualan sendiri merupakan  bidang
profesi paling tua dan paling dasar di dunia yang  melibatkan
komunikasi.  Bidang  penjualan sudah jauh lebih dulu hadir  sebelum
dikenal profesi lain yang menggunakan komunikasi pula seperti       trainer,
MC, komedian, dan sebagainya. 

Terlebih lagi,  bidang  penjualan juga  menjadi unsur  dasar segala  jenis
profesi. Seorang  trainer, misalnya, sebelum ia melakukan pekerjaannya
dalam memberikan pelatihan bagi pesertanya,  ia  “menjual”  dirinya
terlebih dahulu beserta manfaat pelatihannya. 

Profesi lain yang  jarang  melibatkan interaksi sosial,  seperti sekretaris,
akuntan,  ataupun        programmer,  bagaimanapun juga  tetap  melakukan
unsur penjualan dalam kegiatannya, yaitu “menjual” kapabilitas ilmunya
kepada pihak lain.

Faktor utama yang menjadikan proses penjualan tidak dapat dipisahkan
dari  kegiatan profesi lainnya  adalah pemanfaatan komunikasi  kepada
pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. 
Faktor  komunikasi ini bersifat  mutlak, dalam kaitannya  untuk menyampaikan ide/gagasan kepada pihak lain untuk disetujui/dipercayai. Seorang penjual yang baik akan dapat disimpulkan sebaga seorang  komunikator yang  kompeten,  yang  mampu
menyampaikan informasi manfaat  dari  barang/jasa  yang  dijualnya
kepada pihak lain. 

Hal inilah yang  sebenarnya  mendasari  adanya  suatu  persamaan faktor
dari kegiatan penjualan dengan ilmu hipnosis, yaitu komunikasi, karena
hipnosis  sendiri adalah ilmu komunikasi yang  menitikberatkan pada
pikiran bawah sadar manusia (subconscious mind). 
Jadi pada  prinsipnya  Hypnosis for  Selling  memanfaatkan kaidah-
kaidah hipnotisme  dalam  berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar
untuk diterapkan dalam bidang penjualan.

Menurut  teori hipnosis,  pikiran  bawah sadar merupakan  pikiran yang
lebih banyak memegang  kendali terhadap  tindakan dan perilaku
manusia,  yang  persentasenya  berkisar 88%  dibanding dengan pikiran sadar yang  hanya  12%.  Maka  penyampaian suatu  ide/gagasan dalam komunikasi akan lebih dapat  diterima  secara  efektif  apabila  mampu mencapai pikiran bawah sadar lawan bicara. 

Maka apabila diaplikasikan dalam kegiatan penjualan, penyampaian ide
secara  persuasif  (bujukan)  agar calon pembeli  /  prospek  setuju dan
membeli dari  kita  akan lebih mudah dilakukan apabila komunikasi kita
mampu menjangkau pikiran bawah dari calon pembeli / prospek.
Oleh karena itu penerapan pola-pola  bahasa  hipnosis  dalam  teknik
menjual menjadi hal yang  perlu dipelajari  dan diterapkan oleh si
penjual.

Pola-pola bahasa hipnosis yang digunakan dalam Hypnosis for Selling
akan mengacu pada  prinsip  bagaimana  cara menyampaikan  sugesti
(pesan kepada  pikiran bawah sadar) dengan gaya     Permissive
(himbauan),  yaitu secara  tidak langsung, bukannya  sugesti  secara
langsung yang bertipe Authorian (perintah). 

Penggunaan gaya  Authorian  seperti yang  digunakan pada  Hipnosis
Pertunjukan     (Stage Hypnosis)  tidak akan berjalan secara  efektif  dalam
Hypnosis for  Selling.  Mengapa? Karena  dalam kegiatan penjualan
kecil sekali kemungkinan  untuk dapat  melakukan tes sugestibilitas
(mencari tahu apakah seseorang sangat responsif terhadap sugesti dari
orang lain atau tidak).

Jadi Hypnosis for  Selling  bukanlah mengajarkan agar Anda
melakukan perintah kepada calon pembeli / prospek untuk secara serta-
merta  membeli dari  Anda.  Atau  lebih jauh lagi dengan menggunakan
rapid  induction  (induksi cepat)  seperti menarik  lengan  lawan  bicara
secara tiba-tiba dan langsung diberikan sugesti.

Hypnosis for  Selling  lebih banyak mengaplikasikan penyampaian
sugesti secara  Permissive  atau tidak langsung. Teknik penyampaian
sugesti secara tidak langsung ini diperkenalkan oleh ahli hipnotis jenius
yang  bernama             Milton Erickson  (1901-1980).  Kini  metode
penyampaian secara  tidak langsung ini oleh kalangan hipnotis  disebut
sebagai Ericksonian Hypnosis. 

Bagi Anda yang mempelajari NLP (Neuro Linguistic Programming)
pasti mengenal sosok Milton Erickson ini. Ya, ia adalah salah satu figur
yang  dipelajari  dan dimodel oleh John Grindler dan Richard  Bandler,
penemu kaidah cara berpikir dan berkomunikasi secara  efektif  yang
dinamakan Neuro Lingustic  Programming  (NLP) tersebut.  Oleh
karenanya,  sebagian besar cara  berkomunikasi  dalam         Hypnosis for
Selling  pada  dasarnya  mengacu pada  prinsip  Ericksonian Hypnosis,
yang akan sangat serupa pula dengan kaidah NLP.

Selain digunakan untuk mempengaruhi lawan bicara dengan Permissive,
Hypnosis for  Selling  juga  memanfaatkan aspek      self-hypnosis
(hipnosis diri) untuk memperkuat motivasi dan pengembangan diri bagi
si penjual. Sebuah kepercayaan diri dalam menjual menjadi faktor kunci, sebagaimana juga sebuah kepercayaan diri yang mutlak diperlukan dari seorang penghipnosis untuk dapat menghipnosis subjeknya.

Kaidah hipnosis  berprinsip  bahwa  semua orang  dapat  dihipnosis,
asalkan seseorang  tersebut  memahami komunikasi,  bersedia  secara
sukarela, dan memiliki kemampuan fokus. 
Prinsip  yang  sama  berlaku pada       Hypnosis for  Selling,  bahwa
sebenarnya semua orang dapat dibujuk secara persuasif atau diprospek,
dengan syarat-syarat yang sama seperti di atas.

Lebih lanjut  lagi,  dengan memiliki kemampuan komunikasi,  semua
orang dapat menghipnosis orang lain. Kemampuannya boleh jadi telah
tumbuh sebagai bakat, sebagaimana halnya orang yang memiliki bakat
berkomunikasi,  namun  dapat  pula ditumbuhkan  dan  dipelajari.  Maka,
sama  halnya  pula  dalam kegiatan penjualan,  pada  prinsipnya  semua
orang dapat melatih kompetensi dalam menjual.

Teknik-teknik dalam  Hypnosis for Selling akan dapat Anda baca dan
kita pelajari bersama-sama pada bab berikutnya!





1. MENCIPTAKAN "TRANCE" SEBELUM PERSUASIF

Dalam artikel sebelumnya  telah dibahas bagaimana  Hypnosis for
Selling  mengacu pada  pemberian sugesti secara  tidak langsung  dan
bersifat Permissive (ajakan/bujukan). 
Penggunaan teknik komunikasi  yang  mengacu pada  prinsip-prinsip
Ericksonian diterapkan saat calon pembeli / prospek dalam kondisi sadar
sepenuhnya  ini disebut  sebagai         waking  hypnosis  (hipnosis  secara
sadar). Penggunaan istilah      waking  hypnosis  pertama  kali  dicetuskan oleh
Wesley Wells tahun 1924 dan dimuat dalam buku tulisannya yang terbit
lima  tahun sesudahnya  dan berjudul “An Outline of  Abnormal
Psychology”.  Ia berpendapat  bahwa  meskipun seseorang  masih dalam
keadaan membuka mata, ia masih tetap dapat terhipnosis. 

Lewat berbagai riset ditemukan adanya perubahan gelombang otak saat
kondisi trance mulai dicapai.  Perubahan tersebut  dapat  diukur  dengan
menggunakan EEG (electroencephalograph), dan secara garis besar
gelombang otak tersebut dibedakan dalam 4 jenis, yaitu:

•           Beta (14-30 Hertz)
•           Alpha (8-14 Hertz)
•           Theta (4-8 Hertz)
•           Delta (0-4 Hertz)

Dalam kondisi normal saat  kita  melakukan pekerjaan sehari-hari, gelombang otak yang dominan adalah Beta.  Saat seseorang dalam keadaan rileks dan mulai terhipnosis, gelombang otak yang dominan mulai bergeser dari Beta ke  Alpha (trance ringan / light trance).  Trance  merupakan kondisi dimana pikiran sadar (conscious  mind)  kita tidak lagi  memegang  kendali  seutuhnya  dan mulai digantikan oleh
pikiran bawah sadar (subconscious mind).  Semakin dalam orang  masuk dalam kondisi hipnosis,  semakin rendahgelombang otaknya, mulai ke Theta (medium trance), dan Delta (high trance). 

Joe  Vitale,  salah seorang  kontributor  dari  film dokumenter dan buku
fenomenal “The Secret”,  menulis  dalam bukunya  yang  berjudul
“Hypnotic  Writing” (2007)  bahwa  trance  dapat  pula dicapai  dalam
kondisi waking hypnosis, seperti halnya yang terjadi saat kita menonton
film dengan asyik atau larut membaca buku yang bagus.

Trance  dalam kondisi waking  hypnosis  yang  demikian ini dinyatakan
sebagai konsentrasi perhatian. Dan pada saat  trance yang seperti inilah
penawaran barang/jasa dilakukan. 

Hal ini diperjelas  dalam  bukunya  yang  lain  yang  berjudul  “Buying
Trances”  (2007). Trance  dalam penjualan terjadi saat  calon pembeli /
prospek mulai mencapai keadaan rileks, tenang, dan menaruh perhatian
kepada si penjual. 
Dalam hal ini   trance  yang  dicapai dalam penjualan adalah light  trance
(pada kondisi  Alpha), karena dalam proses penjualan tidak diperlukan
tindakan hipnosis  untuk membawa  ke  kedalaman  yang  lebih  rendah
seperti Theta dan Delta. 

Seperti seorang  penghipnosis  yang  haruslah membawa  subjeknya
menuju ke  keadaan    trance  terlebih dahulu  sebelum  memasukkan
sugesti, demikian pulalah seharusnya seorang penjual bertindak. 
Dengan konsep  Hypnosis for  Selling,  penjual yang  baik selayaknya
mampu membawa  calon pembeli /  prospek  untuk dibawa  ke  kondisi
„trance',  yang  berarti calon pembeli /  prospek  telah memberikan
perhatian kepada barang/jasa yang ditawarkan penjual tersebut. 
Apabila calon pembeli  /  prospek telah berada  dalam kondisi          „trance‟,
akan sangat mudah bagi penjual untuk menutupnya (close the sales). 

Sebenarnya  inilah hakikat  dari  konsep  Hypnosis for  Selling  sebagai
suatu  teknik penjualan dengan pola-pola  hipnosis.  Sebagaimana
misalnya  dalam hipnosis  panggung   (stage hypnosis),  sebelum  subjek
terhipnotis belum dibawa ke dalam kondisi trance, akan sangat mustahil
subjek  disugesti untuk menghilangkan angka  6  dalam pikirannya,
melupakan namanya sendiri, dan hal-hal menarik lainnya! 

Tentu saja  perilaku yang  sama  akan ditunjukkan oleh calon pembeli /
prospek, sebelum ia memusatkan perhatiannya kepada perkataan Anda,
saran-saran persuasif akan sulit diterima. 

Sering kali  dalam pelatihan penjualan  yang  saya  selenggarakan,
beberapa tenaga penjual yang telah cukup mumpuni berdiskusi kepada
saya  tentang  teknik penutupan  penjualan yang  efektif.  Rata-rata  dari
mereka telah menguasai teknik penutupan dengan asumsi     (assumption
close),  alternatif  (alternate close),  dan lain sebagainya.  Namun tidak
jarang  hasil yang  mereka  terima  malahan berkebalikan dari  apa  yang
diharapkan. 

Setelah kalimat-kalimat  yang  sarat  akan muatan teknik penutupan
dilontarkan, bukannya  calon pembeli /  prospek  secara  serta-merta
menyetujui penawaran,  namun langsung bereaksi secara  kurang  lebih
demikian:        “Tunggu,  tunggu!  Bukankah saya  belum  memutuskan untuk
membeli?”,  atau pula setidaknya  mereka  mengisyaratkan penolakan
(resistensi) secara tersirat. 

Teknik-teknik penjualan yang  seperti ini  bukannya  tidak efektif,
Pembaca,  justru  malahan teknik ini sangat   powerful  sekali untuk
digunakan. Dari diskusi yang kami lakukan, sebagian besar dari tenaga
penjual menyetujui pemecahan masalah bahwa teknik ini tidak berjalan
karena digunakan sebelum  calon pembeli /  prospek  mencapai kondisi
„trance‟! 

Dengan kata lain, seperti halnya sugesti akhir yang hanya bisa diterima
apabila subjek  telah mencapai  kondisi          trance,  demikian pula  closing
techniques  yang  selayaknya  dilakukan hanya  sesudah  calon pembeli /
prospek  mencapai       „trance‟.  Tanpa  membawa  calon pembeli /  prospek
kepada „trance‟, hampir mustahil penjualan terjadi. 


Maka,  sebelum  sebuah penjualan dimulai,  upaya-upaya  untuk
menciptakan    'trance'  bagi calon  pembeli /  prospek  mutlak diperlukan.
Hal yang  nampaknya  sepele  tetapi memegang  pengaruh yang  sangat
dominan terhadap peluang keberhasilan penjualan. 

Bagaimana melakukan            „trance‟  kepada  calon pembeli /  prospek?
Tindakan ini dapat dilakukan dengan menerapkan konsep hipnosis pada
umumnya,  mulai dari  membina  Rapport  hingga  penggunaan        pola
bahasa sugestif,  yang  kemudian diintegrasikan secara  khusus  untuk
kegiatan penjualan.  Penjelasan  mengenai ini akan saya  bahas  lebih
lanjut pada bab berikutnya.


2. MEMBINA "RAPPORT"

“Rapport”,  yang  maknanya  adalah kedekatan hubungan atau
keakraban merupakan salah satu faktor  kunci keberhasilan proses
hipnosis yang dilakukan oleh penghipnosis terhadap subjek terhipnosis. 
Kegagalan penghipnosis  membina keakraban dengan subjeknya  akan
menyebabkan pikiran bawah sadar     (subconscious mind) si subjek tetap
resisten terhadap langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh
penghipnosis.



Demikian pula halnya dengan Hypnosis for Selling. Berhasil tidaknya
sang  penjual membina            “Rapport”  kepada  calon  pembeli akan  sangat
menentukan hasil akhir yang terjadi.  Ini dimungkinkan karena manusia cenderung lebih menerima informasiyang  disampaikan oleh pihak  lain yang  dirasa  handal dan akrab dengannya dibanding informasi yang disampaikan oleh figur yang terasa
asing dan tidak kompeten.  Saat  keakraban terbentuk, saran-saran sugestif  dari  si penjual akan mudah diterima  pikiran  bawah  sadar  (subconscious  mind)  dari  calon
pembeli.

Bagaimana  caranya  membentuk sebuah       Rapport  dengan  calon
pembeli? Dalam hipnosis,  ada            2  (dua)  buah  faktor  yang  perlu
diperhatikan untuk terciptanya  sebuah          Rapport,  yaitu aspek  fisiologi
(physiology) dan psikologi (psychology). Aspek fisiologi, merupakan aspek yang berhubungan erat dengan kesan awal yang  diterima  panca  indera  dari  subjek  terhipnosis  terhadap penghipnosis  itu sendiri.  Sehingga,  seorang  penghipnosis  haruslahmampu menimbulkan gambaran sebagai seorang  yang  kompeten,
memiliki pengetahuan yang baik dan mumpuni, serta dapat memberikan
kenyamanan secara  menyeluruh  bagi panca  indera  subjek  terhipnosis,
yang  meliputi:            penglihatan (visual),    pendengaran  (auditory),
perasaan  (kinesthetic),            penciuman  (olfactory),  dan   pengecap
(gustatory).

Dalam kaitannya  dengan penjualan,  seorang  penjual tentulah wajib
memiliki keterampilan untuk  menimbulkan gambaran sebagai seorang
profesional yang  mampu diandalkan dalam  bekerja  sama,  memiliki
pengetahuan yang  baik tentang  produk/jasa  yang  ditawarkan,  dan
mampu memberdayakan penampilan yang  diterima  oleh  panca  indera
calon pembeli. 

Sebagai contoh misalnya: berpenampilan baik dan pantas sesuai dengan
profesinya  (visual), memiliki teknik dan kualitas nada bicara yang baik
(auditory),  menimbulkan        kesan   nyaman,  jujur,  dan  hangat (kinesthetic), serta tidak menimbulkan nuansa bau yang tidak sedap
(bau mulut, bau badan, maupun atribut yang lain).
Aspek  berikutnya,  yaitu psikologi,  meliputi teknik-teknik yang  secara
psikologis  mampu menimbulkan  kesan akrab  dan nyaman bagi  subjek
terhipnosis.  Aspek  ini meliputi:         Verbal /  Non Verbal Agreement,
Mirroring & Matching, Language Pacing, dan  Eye Contact & Eye
Allignment Technique.


Dalam tinjauan psikologis  sering disebut  bahwa  manusia  menyukai
orang  yang  serupa  atau sependapat  dengan dirinya.  Demikian pulalah
teknik  Verbal / Non Verbal Agreement ini terjadi. Sebuah hubungan
akan terjalin saat seseorang bersependapat dan berkesesuaian dengan
orang lain.  

Dengan memberikan   “clue”  persetujuan secara  Verbal seperti
penggunaan kata  “Ya”, “Saya  mengerti”,  dll.  terlebih dahulu  sebelum
menyampaikan argumen /  pendapat  yang  berbeda  akan  lebih
memudahkan pikiran bawah sadar      (subconscious  mind)  merasa  lebih
nyaman.  Bahasa  tubuh yang  menunjukkan persetujuan sangat
diperlukan pula, yang  meliputi anggukan,  sorotan  mata  persetujuan,
ekspresi wajah, dan postur tubuh condong ke depan.

Mirroring &  Matching            adalah  teknik membangun Rapport  terhadap
lawan biara dengan  cara meniru dan menyamakan  bahasa  tubuhnya.
Teknik ini dikenal juga  secara  populer dalam Neuro Linguistic
Programming (NLP).  Teknik ini akan membuat pikiran bawah sadar (subconscious  mind) subjek  terhipnosis  merasa nyaman karena adanya  kesamaan bahasa
tubuh tersebut.

Jenis  bahasa  tubuh  yang  dapat  ditirukan adalah:  postur  dan  gerakan
tubuh,  ekspresi wajah,  aksen dan kecepatan  bicara, serta  pola  nafas
dari subjek terhipnosis.
Sebagai catatan,  gunakan Mirroring & Matching hanya  paga  gerakan
yang  sekiranya  disukai lawan bicara, sehingga  gerak tubuh yang  tidak
normal akibat gangguan sesuatu atau kebiasaan buruk sangatlah tidak
disarankan untuk ditirukan.

Language  Pacing  merupakan teknik dalam  Neuro Linguistic
Programming  (NLP) pula yang  membentuk Rapport  dengan cara
menganalisa kecenderungan pemilihan kata  yang  digunakan  subjek
terhipnosis  untuk kemudian diadaptasi dan dipergunakan kembali oleh
kita. 
Pemilihan kata  yang  serupa  sesuai dengan kecenderungan  subjek
terhipnosis  akan menyebabkan pikiran bawah sadarnya  (subconscious
mind)  menjadi lebih nyaman karena adanya  kesamaan dan  mudah
menyerap informasi yang diberikan. 

Lebih lanjut  lagi,  dipahami  bahwa  tiap-tiap  manusia  mempunyai
kecenderungan idera  yang  dominan dalam menerima  informasi yang
diberikan kepadanya,  apakah  secara  visual  (penglihatan),  auditory
(pendengaran), atau kinesthetic (perasaan). 

Dengan melakukan analisa terhadap  kecenderungan sistem  inderawi
yang  digunakan oleh subjek terhipnosis,  seorang  penghipnosis  dapat
pula melakukan Language Pacing  dengan pemilihan kata  berdasarkan
dominansi        indera  tertentu            dari  subjek  terhipnosis,  misalkan:
“kelihatannya”, “nampaknya”,            (visual),           “kedengarannya”  (auditory),
ataupun “rasanya” (kinesthetic).

Eye Contact & Eye Allignment Technique merupakan teknik kontak
mata dan sudut pandang yang menimbulkan kondisi lebih nyaman bagi
subjek terhipnosis. 
Apabila sekarang  ini Anda  diumpamakan sedang  bercakap-cakap
dengan seseorang,  di  sudut  kiri atau kanankah sebaiknya posisi lawan
bicara itu berada sehingga akan terasa lebih nyaman bagi Anda? 
Bagi Anda yang bukan kidal, sebagian besar akan menjawab sisi kanan. 

Demikian pulalah yang seharusnya terjadi dalam interaksi penghipnosis
dan subjek terhipnosis. Pengambilan posisi di sudut kanan subjek dalam
berkomunikasi akan menimbulkan suasana yang  lebih nyaman bagi
pikiran bawah sadar (subconscious mind) lawan bicara.

Adanya  kontak mata  yang  cukup  juga  memegang  peranan  penting
dalam menciptakan Rapport. 
Tidak terjadinya  kontak mata  antara penghipnosis  dan  subjek
terhipnosis  berarti tidak terjalinnya hubungan antara penghipnosis  dan
pikiran bawah sadar    (subconscious  mind)  dari  subjek  penghipnosis.
Sebaliknya,  kontak mata  yang  berlebihan, tidak wajar,  dan  terlalu
dipaksakan  akan  menyebabkan resistensi /  penolakan dari  pikiran
bawah sadar (subconscious mind) subjek terhipnosis. 

Lantas,  bagaimana caranya  memberikan kontak mata  yang  cukup  dan
menyenangkan            kepada  subjek  terhipnosis?   Kuncinya  adalah
memberikan sugesti kepada  pikiran bawah sadar      (subconscious  mind)
kita sendiri untuk secara tulus, akrab, dan terbuka menjalin komunikasi
dengan lawan bicara.




3. POLA BAHASA SUGESTIF

Dalam memberikan sugesti kepada  pikiran bawah sadar  (subconscious
mind)  seorang  subjek,  terdapat  kaidah-kaidah /  pola  bahasa  tertentu
yang menentukan keberhasilan proses hipnosis yang terjadi. 

Kaidah inilah yang  dimaksudkan  dengan pola  bahasa  sugestif.  Setelah
suatu  hubungan          (Rapport)         terjalin,  tanpa  memahami      dan
mempraktikkan  pola-pola  bahasa  sugestif,  keberhasilan  sugesti
sangatlah kecil kemungkinannya. 
Sebaliknya, tanpa adanya sebuah Rapport yang terbentuk, kemungkinan
keberhasilan sugesti hampir mendekati nol persen!

Oleh    karenanya,  pola-pola  bahasa  sugestif  yang  mendukung
keberhasilan sugesti sangatlah perlu untuk dipelajari.  Hal ini dapat
dimanfaatkan pula  untuk melakukan saran-saran persuasif  dalam
kegiatan penjualan,  dengan tujuan agar dapat  dicapainya  sebuah
penutupan penjualan (close the sales).

Pola bahasa sugestif ini meliputi prinsip-prinsip sebagai berikut:

•           Client Language Preference

Prinsip  ini menyatakan  bahwa  perlunya  seorang  penghipnosis
menggunakan dan mengadaptasi kata-kata,  bahasa,  dan  frasa
yang dipahami oleh subjek terhipnosis.

Ini berarti bahwa  dalam berkomunikasi dengan subjek,
penghipnosis wajib memperhatikan pilihan kata-kata, bahasa, dan
frasa yang biasa diterima oleh subjek terhipnosis. Karena dengan
demikian, sugesti akan mudah diterima secara benar oleh pikiran
bawah sadar (subconscious mind) dari subjek terhipnosis.

Dalam penerapannya  pada  kegiatan penjualan,  prinsip  ini
memegang  peranan penting. Seringkali seorang  penjual tanpa
sadar menggunakan pemilihan kata-kata, bahasa, dan frasa yang
sengaja  dikesankan  untuk membentuk sebuah  kalimat  yang
berbobot  dan sarat  dengan   istilah-istilah yang  kurang  umum
dengan tujuan untuk menunjukkan kredibilitas  dan tingkat
intelektualnya. Hal ini sebenarnya kurang tepat. 

Cara  komunikasi seperti di atas  justru  cenderung  memperkecil
peluang  keberhasilan saran  persuasif  yang  diberikan apabila
ternyata calon pembeli tidak terbiasa dengan pemilihan kata, tata
bahasa, dan frasa-frasa tersebut.

Saran persuasif  tersebut  tidak akan tertuju pada  pikiran bawah
sadar    (subconscious  mind)  calon pembeli, dan  tidak mampu
menggerakkan minat calon pembeli untuk menyetujui saran yang
diberikan.
•           Emotional

Banyak orang  memutuskan suatu  pilihan berdasarkan emosional
dibandingkan rasional, dan ini berlaku erat  dalam prinsip
penjualan. 
Pengaruh pikiran bawah sadar yang  memegang  peranan lebih
dominan (88%) dibandingkan pikiran sadar (12%) manusia dalam
menentukan tindakannya menjadi alasan terhadap kondisi di atas.

Dengan demikian,  mampu tidaknya  sebuah nuansa  emosional ditumbuhkan, dalam komunikasi berpengaruh terhadap  keberhasilan komunikasi tersebut  untuk diterima  dengan baik, apalagi jika ditujukan untuk memberikan saran-saran persuasif.

Bagaimana  cara          membangun     nuansa emosional  dalam
komunikasi?  Hal ini dapat  timbul dengan membangkitkan
sensivitas  3  indera utama  manusia:  Penglihatan     (Visual),
Pendengaran (Auditory), dan Perasaan (Kinesthetic).  Dengan kata lain, sebuah saran persuasif yang diberikan haruslah
mampu mengimajinasikan /  menggambarkan sesuatu            (Visual)
kepada lawan bicara; membangkitkan perasaan nyaman, antusias,
dan keingintahuan (Kinesthetic);  dan dibawakan dengan
pemilihan nada suara serta intonasi yang tepat (Auditory).

•           Repetition
Adanya sebuah kombinasi pilihan kata yang bermakna sama dan
diulang  seperlunya  juga  mampu memperkuat  nuansa emosional
dalam komunikasi.
Prinsip  ini diterapkan  pula  dalam kegiatan hipnosis.  Prinsip  ini
banyak digunakan penghipnosis  ntuk memberikan sentuhan
emosional yang  dalam dengan  tujuan agar  subjek  dapat  masuk
dalam kondisi „trance‟ yang lebih dalam.

Simak contoh sebuah „script‟ sebagai berikut:

“Ya,  dengan demikian Anda merasa sangat  nyaman..  dan benar-
benar rileks. Sehingga saat ini otot-otot tubuh Anda seakan-akan
mengendur, dan tubuh Anda menjadi lemas dan santai…”

Dalam contoh  „script‟  di atas  ditunjukkan adanya  sebuah repetisi
(perulangan) dari  beberapa  kata  yang  sebenarnya  mempunyai
makna sama, yaitu: “nyaman”. 

Sebuah makna  “nyaman”  yang diberikan dengan pemilihan kata-
kata:  “nyaman”, “rileks”, “otot-otot  tubuh seakan mengendur”,
“lemas”,  dan  “santai”  lebih memberikan nuansa emosional
dibandingkan dengan penggunaan satu kata tertentu saja.

Bagaimana kaitannya  dengan proses penjualan?  Dengan prinsip
yang  sama,  dapat  dibangun suatu komunikasi yang  lebih efektif
untuk penyampaian saran persuasif. 
Semisal sebuah tujuan komunikasi yang  disampaikan kira-kira
adalah: 
“Kami melayani pemesanan Anda selama 24 jam”, 
sebuah nuansa emosional dapat  diberikan dengan prinsip
„Repetition‟ dengan kalimat yang demikian: 

“Kami melayani pemesanan  Anda  kapan saja  saat  Anda
membutuhkannya, baik di pagi, siang, maupun malam selama 24
jam nonstop.”

•           Present Tense

Prinsip  ini menyatakan bahwa  saat  komunikasi dibentuk,
berikanlah suatu  pernyataan tidak langsung  yang  bertujuan agar
lawan bicara mendapatkan sensasi emosional saat  ini juga,  dan
bukannya  di waktu yang  akan  datang.  Artinya,  sebisa  mungkin
hindari  penggunaan kata-kata  yang  tidak mereferensikan waktu
sekarang  (Present)  seperti: “akan”, “jika”, “apabila”, “nantinya”,
dan sebagainya.

Sebuah „script‟  hipnosis berlaku lebih efektif dengan penggunaan
kalimat seperti ini:

“Dan saat  ini,  dengan  nafas Anda  yang  semakin teratur,  Anda
merasa sangat nyaman, …” 

daripada kalimat sugesti: 


“Dengan nafas Anda  yang  semakin teratur,  Anda  akan  merasa
sangat nyaman…”

Kondisi yang  serupa  berlaku dalam kegiatan penjualan.
Komunikasi     yang  bertujuan           untuk   menentukan     sebuah
pernyataan: 
“Pekerjaan  Anda  akan  menjadi lebih  mudah  setelah Anda
menggunakan jasa kami”  lebih efektif  diterima  oleh pikiran bawah sadar (subconscious mind) apabila dimodifikasi sebagai berikut: 

“Pekerjaan Anda  menjadi lebih  mudah        dengan  menggunakan
jasa kami.”

•           Personal

Penggunaan kalimat yang ditujukan secara pribadi (personal) akan
lebih diterima pikiran bawah sadar     (subconscious mind) manusia.
Sehingga,  dalam sebuah kegiatan hipnosis  missal,  tetap  dipilih
penggunaan kata: “Anda” saja dibanding “Anda semua”. 


Dalam hipnosis  “one-on-one”  pun (satu penghipnosis  dan satu
subjek  terhipnosis) divariasikan  penggunaan nama  subjek untuk
menggantikan kata  “Anda”,  terutama  saat  melakukan “Leading”
(membimbing subjek terhipnosis untuk sesuatu hal).

Prinsip  yang  sama  dapat  dilakukan dalam proses penjualan.
Mengkombinasikan penggunaan  nama  calon  pembeli terutama
saat melakukan “Leading”, yang dalam hal ini berarti membimbing pola  pikir calon pembeli akan berlaku lebih efektif  dibandingkan
penggunaan kata: “Anda”.

Menjadi catatan disini, penggunaan nama yang dimaksud tentulah
tetap  mempertimbangkan faktor  jabatan dan/atau status  yang
biasa disandangnya, yang mengandung sensitivitas tertentu pula.
Jadi berhati-hatilah dalam  pemilihan status  yang  disandangnya
semisal: “Ibu” atau “Nona”, “Bapak” atau “Mas”, dan sebagainya.

Perlu diperhatikan pula untuk  menghindari  pemanggilan nama
yang  berulang-ulang  secara  tidak     wajar,  karena  akan
menimbulkan resistensi dan rasa tidak nyaman dari pikiran bawah
sadar lawan bicara.

•           Progressive

Dalam  pemberian        sugesti,  pola  kesatuan           kalimat  yang
menunjukkan suatu  kondisi  bertingkat  (bertahap) mutlak
diperlukan.  Pola  kalimat  yang  tidak memberikan kejelasan alur
tujuan kecil kemungkinannya  untuk dapat  tertuju pada  pikiran
bawah sadar. 

Seorang  penghipnosis  tidak dapat  serta-merta  memberikan
sugesti: “Tidur  sekarang”  kepada  subjeknya,  kecuali  si subjek
mempunyai tingkat  sensitivitas  dan kepercayaan yang  sangat
tinggi terhadap penghipnosis. 
Dengan tujuan agar sugesti yang diberikan dapat diterima pikiran
bawah sadar subjeknya, sebuah pola progresif diperlukan, seperti
yang nampak dalam contoh „script‟ berikut:


“Dan sekarang,  setelah mata  Anda  tertutup  rapat,  Anda
merasakan suasana rileks  yang  semakin dalam. Begitu dalamnya
sensasi nyaman tersebut hingga saat ini otot-otot di sekitar mata dan wajah Anda  pun merasakan demikian             pula…”

Pola  seperti inilah yang  dianjurkan pula untuk diadaptasi
penggunaannya dalam proses penjualan. Dalam kegiatan menjual
tidak dapat  serta-merta  penutupan penjualan dilakukan,  namun
melibatkan sebuah proses yang distrukturisasi secara bertingkat.

Simak contoh singkatnya sebagai berikut:
Penjual :         
“Apakah Bapak merasa puas dengan kuantitas produksi dari perusahaan Bapak selama ini?”

Calon Pembeli  :         
“Ya…, kira-kira demikian.”

Penjual :         
“Namun apabila waktu produksinya  dapat dipercepat  lagi,  tentu lebih memuaskan Bapak, bukan?”

Calon Pembeli  :         
“Hmm.., ya… ya… tentu saja.”

Penjual :         
“Dengan demikian tentulah barang  yang  kami tawarkan ini sangat  bermanfaat  bagi Pak X (nama calon pembeli), karena…..”

Bandingkan apabila komunikasi yang dilakukan oleh penjual kira-
kira menggunakan pola seperti ini:

“Saya  menawarkan barang  kami kepada  Bapak dengan manfaat
sebagai berikut: ……….”

Tampak jelas perbedaannya, bukan?

•           Pacing – Leading

Makna  harafiah  dari  prinsip  ini  adalah:  “Menyisipkan ide  yang
tersembunyi di balik fakta.” 

Dengan kata lain, suatu sugesti (ide) akan terhindar dari resistensi
pikiran bawah sadar apabila disampaikan dengan  terbungkus
dalam sebuah fakta.

Sebagai contoh penggunaan prinsip Pacing – Leading sebenarnya
nampak dalam „script‟ di atas pula: 

“Dan sekarang,  setelah mata  Anda  tertutup  rapat,  Anda
merasakan suasana rileks yang semakin dalam…”

„Script‟ tersebut menggunakan          fakta    “setelah mata Anda tertutup
rapat” untuk menghantarkan sebuah   ide  yaitu:        “merasakan
suasana rileks yang makin dalam”.

Pola  ini sangat  efektif  untuk digunakan dalam komunikasi
persuasif,  terutama  apabila  dikombinasikan  dengan prinsip
“Progressive” seperti di atas.


Dalam kegiatan penjualan,  pola  penyisipan  ide di balik fakta
sangat  bermanfaat  untuk diterapkan dalam memberikan saran
persuasif untuk mencapai proses penutupan penjualan.

Dengan contoh  yang  sama  seperti di atas,  sebuah Pacing –
Leading dapat dikembangkan sebagai berikut:

Penjual :         
“Apakah Bapak merasa puas dengan kuantitas produksi dari perusahaan Bapak selama ini?”

Calon Pembeli  :         
“Ya…, kira-kira demikian.”

Penjual :         
“Namun apabila waktu produksinya  dapat dipercepat  lagi,  tentu lebih memuaskan Bapak, bukan?”

Calon Pembeli  :         
“Hmm.., ya… ya… tentu saja.”

Penjual :         
“Ya,  dengan persaingan yang  kompetitif  akhir- akhir ini, proses produksi perusahaan yang lebih  cepat  tentulah akan sangat  menguntungkan  bagi Bapak. Oleh karena itulah barang  yang kami tawarkan ini  memberikan keunggulan
dalam hal …..”

Dari  contoh tersebut  dikreasikan  sebuah     fakta  yaitu      “persaingan
yang kompetitif akhir-akhir ini”, untuk melandasi sebuah ide yang
bertahap (progresif)  dimulai  dari  “proses produksi yang  lebih
cepat  tentulah akan sangat  menguntungkan”    dan “oleh karena
itulah barang  yang  kami tawarkan  ini memberikan keunggulan
dalam hal…”

TENTANG PENULIS
E-book “Hypnosis for Selling” yang Anda baca ini  ditulis  oleh      Willy Wong,  seorang  praktisi dan staf manajerial penjualan. 
Dalam  kesehariannya, Willy  Wong   sangat menggemari  hipnosis  dan hipnoterapi.  Ia  adalah  seorang  hipnoterapis  bersertifikat (Certified Hypnotherapist)  baik dalam skala  nasional maupun internasional lewat  berbagai lembaga  seperti        Indonesian
Board of Hypnotherapist  (IBH)  –  Indonesia,         National Guild of Hypnotists, Inc. (NGH)  –            Amerika  Serikat,  dan International Counselors and Therapists (IACT) – Amerika Serikat.

Ia juga memperoleh sertifikasi pengajar hipnosis dan hipnoterapi resmi
(Certified Instructor)  dari  Indonesian Board of Hypnotherapist
(IBH)  –  Indonesia,  serta  Emotional Freedom  Techniques (EFT)
Certified of  Completion (EFT-CC)  dari  Pace  Education  –  Amerika
Serikat.

Willy Wong :   HYPNOSIS FOR SELLING

Setelah sekian lama berkecimpung dalam dunia penjualan dan hipnosis,
Willy  Wong  akhirnya  menyadari  adanya  kesesuaian konsep  yang
cukup berkaitan erat dari keduanya!
Sebuah rangkaian konsep  penjualan yang  sebelumnya  terasa  rumit untuk dijelaskan dengan kata-kata, bahkan sering kali tidak disadarinya  pula, akhirnya  dapat  ia  jabarkan secara  mendalam setelah memahami
hipnosis  dalam kaitannya  dengan pikiran bawah sadar (subconscious mind) manusia.

Sebagian dari  konsep  penjualan ini dituangkan dalam e-book  ini dan
diberikan secara cuma-cuma bagi Anda.
Untuk mengetahui aplikasi hipnosis pada proses penjualan secara lebih
mendalam, silakan Anda mengundang  Willy Wong untuk berbagi dan
belajar bersama dalam sebuah format Corporate Training.

Informasi lebih lanjut  mengenai  hal ini dapat  Anda  terima  dengan
menghubungi kami di  alamat  e-mail willy@hipnosis.web.id  atau
nomor telepon 0888-666-7800.

Saran,  kritikan,  dan hal-hal lain  yang  menyangkut  e-book  “Hypnosis
for Selling” ini dapat ditujukan pula melalui alamat e-mail di atas dan
menjadi apresiasi yang kami perlukan.

Akhir kata, selamat menjual dan meraih kesuksesan Anda!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar